Urgensi Deep Learning dalam Pendidikan Anak Usia Dini – Pendidikan anak usia dini (PAUD) menjadi fondasi penting dalam membentuk kemampuan kognitif, sosial, emosional, dan karakter anak di masa depan. Seiring dengan dinamika perkembangan zaman, pendekatan pembelajaran di PAUD pun terus mengalami perkembangan. Salah satu pendekatan yang saat ini mendapat perhatian serius adalah “deep learning” atau pembelajaran mendalam. Artikel ini akan mengulas urgensi implementasi deep learning dalam pendidikan anak usia dini dengan mengintegrasikan konsep dasar, karakteristik, serta dampaknya terhadap perkembangan anak.
Konsep Deep Learning dalam Konteks PAUD
Deep learning dalam pendidikan anak usia dini merupakan pendekatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir mendalam, bermakna, dan menyenangkan bagi anak. Konsep ini didukung oleh penelitian (Fullan dkk., 2017) yang mendefinisikan deep learning sebagai proses pengembangan kompetensi dan karakter yang memungkinkan peserta didik untuk belajar bagaimana menerapkan apa yang mereka pelajari dalam kehidupan sehari-hari. Dalam konteks PAUD, pendekatan ini berfokus pada tiga aspek utama pengalaman belajar: memahami, mengaplikasikan, dan merefleksikan.
Deep learning dalam PAUD memiliki karakteristik sebagai berikut:
- Mindful (Berkesadaran) – Anak diarahkan untuk menjadi pembelajar aktif yang menyadari proses belajarnya
- Meaningful (Bermakna) – Pembelajaran dirancang agar anak dapat menerapkan dan memberi makna pada pengalaman belajarnya
- Joyful (Menyenangkan) – Menciptakan suasana belajar positif yang menyenangkan
Urgensi Deep Learning dalam PAUD
1. Menjawab Tantangan Kompetensi Masa Depan
Data hasil PISA (Programme for International Student Assessment), skor PISA Indonesia untuk literasi adalah 359, matematika 366, dan sains 383. Peringkat Indonesia dalam PISA tahun 2022 adalah 69 dari 80 negara yang mengikuti penilaian. Situasi ini menunjukkan pentingnya perubahan pendekatan pembelajaran sejak dini untuk mempersiapkan generasi yang mampu bersaing di tingkat global (Prasastisiwi, 2025).
Penelitian longitudinal yang dilakukan oleh (Heckman, 2006) menegaskan bahwa investasi pada pendidikan anak usia dini berkorelasi positif dengan peningkatan kompetensi kognitif dan non-kognitif yang mendukung kesuksesan di masa depan. Deep learning hadir sebagai solusi untuk membangun fondasi kompetensi tersebut sedini mungkin.
2. Pembentukan Profil Lulusan yang Komprehensif
Pendekatan deep learning menargetkan pengembangan delapan dimensi profil lulusan:
- Keimanan
- Kewarganegaraan
- Kritis
- Kreativitas
- Kolaborasi
- Kemandirian
- Kesehatan
- Komunikasi
Cakupan dimensi yang komprehensif ini sejalan dengan penelitian (Darling-Hammond dkk., 2020) yang mengemukakan bahwa pendidikan anak usia dini perlu mengembangkan keterampilan kognitif, sosial, dan emosional secara terintegrasi untuk memenuhi tuntutan masyarakat abad 21.
3. Optimalisasi Perkembangan Otak Anak Usia Dini
Neurosains pendidikan menunjukkan bahwa periode usia dini merupakan masa kritis dalam perkembangan otak. Pengalaman belajar yang kaya dan mendalam pada usia dini mempengaruhi struktur dan fungsi otak, yang nantinya berdampak pada kapasitas belajar jangka panjang.
Pendekatan pembelajaran terkait urgensi deep learning pada anak usia dini didesain untuk memicu perkembangan otak secara optimal melalui pengalaman belajar yang bekerja selaras dengan cara kerja alami otak dalam mengenali pola dan memproses informasi.
4. Pengembangan Karakter sebagai Fondasi
Deep learning menekankan pentingnya pengembangan karakter pada anak usia dini, mencakup:
- Beriman
- Disiplin
- Inisiatif
- Inovatif
- Tanggung jawab
- Sopan santun
- Tangguh
- Gigih
- Suka kebersihan
- Peduli sesama
Implementasi karakter ini selaras dengan penelitian (Johnson dkk., 2022) yang menemukan bahwa pendidikan karakter yang dimulai sejak dini memiliki dampak signifikan pada pembentukan perilaku prososial dan pencegahan perilaku berisiko di kemudian hari.

Kerangka Implementasi Deep Learning dalam PAUD
Implementasi deep learning dalam PAUD melibatkan empat komponen utama yang membentuk lingkungan pembelajaran:
1. Lingkungan Pembelajaran
Lingkungan fisik dan sosial yang mendukung eksplorasi dan penemuan. Menurut (Edwards dkk., 2011), lingkungan yang didesain dengan baik menjadi “guru ketiga” yang mendorong anak untuk terlibat dalam pembelajaran mendalam.
2. Pemanfaatan Digital
Integrasi teknologi sebagai alat untuk memperkaya pengalaman belajar. Penelitian oleh (Hirsh-Pasek dkk., 2015) menunjukkan bahwa penggunaan teknologi yang tepat dapat mendukung pembelajaran aktif, keterlibatan, bermakna, dan interaksi sosial pada anak usia dini.
3. Kemitraan Pembelajaran
Kolaborasi antara guru, orang tua, dan komunitas dalam mendukung proses belajar anak. Jadi umpan balik dan komunikasi dengan orang tua untuk mendukung keberlanjutan pengalaman belajar di rumah sangat penting.
4. Praktik Pedagogis
Penerapan strategi pengajaran yang mendorong pemikiran tingkat tinggi. Pembelajaran berbasis proyek, seperti contoh proyek, memungkinkan anak untuk bergerak dari level kognitif rendah (C1-C2) menuju level kognitif tinggi (C3-C6).
Inovasi Asesmen dalam Pendekatan Deep Learning
Asesmen dalam pendekatan deep learning tetap menggunakan format diagnostik, formatif, dan sumatif, namun dengan penekanan lebih pada:
- Umpan Balik yang Konstruktif – Memberikan informasi yang detail tentang perkembangan anak dalam aspek sikap, perilaku, dan karakter yang terkait dengan tujuan pembelajaran
- Kolaborasi dengan Orang Tua – Melibatkan orang tua dalam proses asesmen dan tindak lanjut
- Asesmen Berbasis Pengalaman – Mengukur kemampuan anak untuk memahami, mengaplikasikan, dan merefleksikan pembelajaran
Pendekatan ini didukung oleh penelitian (Heritage, 2021) yang menggarisbawahi pentingnya asesmen formatif dalam mendorong pembelajaran yang mendalam dan bermakna.
Praktik Terbaik Implementasi Deep Learning di PAUD
1. Pendekatan Proyek yang Mendalam
Contoh implementasi deep learning yang efektif adalah melalui proyek tematik yang dilakukan dalam jangka waktu panjang (misalnya 3 bulan) seperti proyek “pisang” atau “dodol” yang dibahas Devianti (2025). Pendekatan ini memungkinkan eksplorasi mendalam terhadap satu topik dari berbagai perspektif dan dimensi pembelajaran.
Dalam proyek tersebut, anak-anak didorong untuk:
- Mengamati dan mengidentifikasi (C1-C2)
- Menceritakan proses dan mengaplikasikan pengetahuan (C3-C4)
- Menganalisis perbandingan dan mengevaluasi (C5)
- Merancang dan menciptakan produk (C6)
2. Kurikulum Montessori dan Practical Life
Untuk anak usia 2-3 tahun, pendekatan deep learning dapat diimplementasikan melalui aktivitas practical life seperti dalam kurikulum Montessori, meliputi:
- Pengembangan keterampilan motorik (membawa kursi, menggulung alas kerja)
- Keterampilan self-help (menyendok, menuang, menjepit)
- Perawatan lingkungan (menyapu, membersihkan)
- Opening-closing (membuka tutup botol, mengunci gembok)
- Care of self (cuci tangan, cara batuk, cara bersin)
- Pembelajaran tata krama (menyapa, berperilaku saat bertamu)
Aktivitas ini mendukung pengembangan kemandirian, konsentrasi, koordinasi mata-tangan, dan keterampilan sosial sejak dini.
Kesimpulan
Urgensi eep learning dalam pendidikan anak usia dini merupakan pendekatan yang urgen untuk diterapkan sebagai respons terhadap dinamika dan kompleksitas tantangan masa depan. Pendekatan ini tidak sepenuhnya menggantikan kurikulum sebelumnya, melainkan memperkaya dan memperdalam dengan penekanan pada pembelajaran bermakna, berkesadaran, dan menggembirakan.
Implementasi deep learning sejak dini memiliki potensi signifikan dalam membentuk fondasi karakter, kemampuan berpikir tingkat tinggi, dan keterampilan hidup yang diperlukan untuk mewujudkan generasi Indonesia unggul. Pendidikan anak usia dini itu memang pondasinya. Kalau misalnya kuat, mereka output-nya itu mereka jadi suka belajar.
Daftar Pustaka
- Darling-Hammond, L., Flook, L., Cook-Harvey, C., Barron, B., & Osher, D. (2020). Implications for educational practice of the science of learning and development. Applied developmental science, 24(2), 97-140. https://doi.org/10.1080/10888691.2018.1537791
- Edwards, C., Gandini, L., & Forman, G. (Eds.). (2011). The hundred languages of children: The Reggio Emilia experience in transformation. Bloomsbury Publishing USA.
- Fullan, M., Quinn, J., & McEachen, J. (2017). Deep learning: Engage the world change the world. Corwin Press.
- Heckman, J.J. (2006). Skill Formation and the Economics of Investing in Disadvantaged Children.Science312,1900-1902. DOI:10.1126/science.1128898
- Heritage, M. (2021). Formative assessment: Making it happen in the classroom. Corwin Press.
- Hirsh-Pasek, K., Zosh, J. M., Golinkoff, R. M., Gray, J. H., Robb, M. B., & Kaufman, J. (2015). Putting education in “educational” apps: Lessons from the science of learning. Psychological science in the public interest, 16(1), 3-34. https://doi.org/10.1177/1529100615569721
- Johnson, K., Brown, M., McGrath, R. E., Berkowitz, M. W., & Bier, M. (2022). A Meta-Analysis of the What Works in Character Education Research. Journal of Character Education, 18(1).
- Prasastisiwi, A.H. (2025). Posisi Indonesia di PISA 2022, Siapkah untuk 2025?. GoodStats