Pengertian fase fondasi sebagai tahap awal perkembangan anak usia dini yang berguna memberikan stimulasi yang tepat bagi perkembangan anak secara menyeluruh. Pada era pendidikan yang semakin dinamis ini, Kurikulum Merdeka hadir sebagai solusi untuk memenuhi kebutuhan pendidikan yang relevan dan kontekstual bagi anak-anak usia dini. Salah satu komponen penting dalam Kurikulum Merdeka adalah Fase Fondasi PAUD. Fase ini merupakan landasan bagi perkembangan anak usia dini yang akan mempersiapkan mereka untuk tahapan pendidikan selanjutnya.
Apa Itu Fase Belajar
Pemenuhan Capaian Pembelajaran tidak hanya dibatasi dalam 1 tahun ajaran namun memiliki durasi yang lebih fleksibel yaitu pada fase-fase. Fase belajar adalah sebuah etape yang mengacu pada pembagian tahapan capaian pembelajaran yang harus dicapai peserta didik pada setiap jenjang pendidikan. Pembagian fase belajar, fase dalam kurikulum merdeka dijelaskan sebagai berikut:
- Fase Fondasi – Untuk Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
- Fase A – Umumnya untuk kelas I dan II SD/MI/Paket A
- Fase B – Umumnya untuk kelas III dan IV SD/MI/Paket A
- Fase C – Umumnya untuk kelas V dan VI SD/MI/Paket A
- Fase D – Umumnya untuk kelas VII, VIII, IX SMP/MTs/Paket B
- Fase E – Umumnya untuk kelas X SMA/MA/SMK/MAK/Paket C
- Fase F – Umumnya untuk:
- Kelas XI dan XII SMA/MA/Paket C
- SMK/MAK 3 tahun kelas XI dan XII
- SMK/MAK 4 tahun kelas XI, XII, XIII
Fase Fondasi PAUD dalam Kurikulum Merdeka merupakan langkah strategis untuk mewujudkan pendidikan anak usia dini yang berkualitas. Dengan menitikberatkan pada pembelajaran yang holistik dan inklusif, diharapkan anak-anak dapat tumbuh dan berkembang menjadi individu yang cerdas, kreatif, dan berkarakter. Kurikulum ini tidak hanya mempersiapkan anak untuk pendidikan formal di masa depan, tetapi juga membekali mereka dengan keterampilan hidup yang esensial.
Apa Itu Fase Fondasi
Fase fondasi dalam dunia pendidikan anak usia dini merujuk pada tahap awal perkembangan anak yang menjadi pijakan penting dalam membentuk kemampuan dasar fisik, kognitif, sosial, dan emosional. Fase ini bertujuan untuk memberikan stimulasi yang tepat bagi perkembangan anak secara menyeluruh.
Istilah “fondasi” digunakan karena periode ini dianggap sebagai dasar yang menopang pembelajaran dan perkembangan anak di masa mendatang. Pada fase ini, anak-anak mulai belajar nilai-nilai agama, budi pekerti, mengenali serta mengelola emosi mereka, membangun hubungan sosial yang sehat, dan memiliki perilaku positif. Selain itu, fase fondasi juga merupakan waktu ketika kemampuan kognitif berkembang pesat melalui interaksi dengan lingkungan, seperti belajar warna, bentuk, dan konsep dasar lainnya
Pengertian fase fondasi PAUD adalah fase yang menjadi pijakan pertama anak di dunia pendidikan dan tujuannya adalah memfasilitasi tumbuh kembang anak secara optimal, yang tidak hanya siap bersekolah, namun lebih siap menempuh perjalanannya dalam berkembang dan berperan di komunitas, negara, dan dunia.
Fase Fondasi PAUD dalam Kurikulum Merdeka menitikberatkan pada pembangunan fondasi pendidikan yang kokoh bagi anak-anak usia 0-6 tahun. Fase ini mencakup berbagai aspek perkembangan anak, seperti kognitif, motorik, sosial-emosional, dan bahasa. Tujuan utamanya adalah untuk menciptakan lingkungan belajar yang holistik dan menyenangkan, sehingga anak-anak dapat berkembang secara optimal sesuai dengan usia dan potensi mereka.
Selaras dengan semangat Standar Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak (STPPA), Capaian Pembelajaran tidak preskriptif (secara mengikat memberikan ketentuan baku) membatasi ragam laju dan kebutuhan anak dalam belajar berdasarkan usia (karena anak unik dan tidak dapat dibandingkan satu dengan yang lainnya) – dan juga tidak preskriptif membatasi rangkaian pembelajaran yang dapat dilakukan satuan.

Kegiatan Belajar Fase Fondasi
Merancang kegiatan pembelajaran yang membangun kemampuan fondasi pada anak usia dini (PAUD) merupakan hal yang sangat penting. Berikut adalah beberapa poin penting dalam merancang kegiatan tersebut:
- Pahami Capaian Pembelajaran Fase Fondasi
Sebelum merancang kegiatan, pendidik perlu memahami Capaian Pembelajaran Fase Fondasi yang tercantum dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 032/H/KR/2024. Capaian Pembelajaran Fase Fondasi terdiri dari tiga elemen utama, yaitu nilai agama dan budi pekerti, perkembangan fisik motorik, serta perkembangan kognitif, bahasa, sosial emosional, dan seni.
- Terapkan Pendekatan Bermain Sambil Belajar
Kegiatan pembelajaran pada fase fondasi sebaiknya dirancang dengan pendekatan bermain sambil belajar yang menyenangkan bagi anak. Hal ini sesuai dengan karakteristik PAUD yang menekankan pada pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.
- Integrasikan Pengembangan Nilai Agama dan Budi Pekerti
Dalam merancang kegiatan, pendidik perlu mengintegrasikan pengembangan nilai agama dan budi pekerti agar anak dapat mengenal nilai-nilai tersebut sejak dini. Misalnya, dengan menyisipkan cerita-cerita yang mengandung nilai moral atau kegiatan yang melatih sikap saling menghargai dan tolong-menolong.
- Kembangkan Keterampilan Fisik Motorik
Kegiatan yang dirancang harus dapat mengembangkan keterampilan fisik motorik anak, baik motorik kasar maupun motorik halus. Contohnya, kegiatan melompat, berlari, menari, menggunting, menempel, dan melipat kertas.
- Stimulasi Perkembangan Kognitif, Bahasa, Sosial Emosional, dan Seni
Rancangan kegiatan juga harus dapat menstimulasi perkembangan kognitif, bahasa, sosial emosional, dan seni anak. Misalnya, dengan kegiatan bercerita, bernyanyi, menggambar, bermain peran, dan kegiatan seni lainnya.
- Libatkan Orangtua dan Lingkungan Sekitar
Dalam merancang kegiatan, pendidik dapat melibatkan orangtua dan memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar. Hal ini akan memperkaya pengalaman belajar anak dan mendekatkan anak dengan lingkungan nyata.
- Lakukan Asesmen dan Evaluasi
Terakhir, pendidik perlu melakukan asesmen dan evaluasi terhadap kegiatan yang dirancang untuk memastikan bahwa kegiatan tersebut efektif dalam membangun kemampuan fondasi anak. Hasil asesmen dan evaluasi dapat digunakan untuk memperbaiki rancangan kegiatan selanjutnya.
Dengan merancang kegiatan pembelajaran yang tepat, diharapkan anak dapat membangun kemampuan fondasi yang kuat sebagai bekal untuk memasuki jenjang pendidikan selanjutnya dan menjadi pelajar sepanjang hayat.