Muncul pertanyaan tentang apa sebenarnya konsep merdeka belajar itu? Secara sederhana, konsep merdeka belajar adalah belajar yang diatur sendiri oleh peserta didik. Peserta didik yang menentukan tujuan, cara dan penilaian belajarnya. Dari sudut pandang pengajar, merdeka belajar berarti belajar yang melibatkan murid dalam penentuan tujuan, memberi pilihan cara, dan melakukan refleksi terhadap proses dan hasil belajar.

Cara menyiapkan generasi emas era industri 4.0 melalui paud 4.0 melalui merdeka belajar adalah belajar yang diatur sendiri oleh peserta didik

Kenapa Merdeka Belajar

Pendidikan merupakan suatu yang berbeda, tidak sama dengan mengurus manajemen pabrik akan tetapi yang diurus adalah manusia; dengan output bukan berupa produk atau aplikasi namun manusia generasi emas. Apabila dilihat lebih teliti, banyak lembaga pendidikan di Indonesia yang bagus dan sukses ternyata tidak mengikuti jalur yang ditetapkan, mereka membuat pendekatan sendiri yang disesuaikan dengan kebutuhan anak didiknya.

Untuk menciptakan anak yang memiliki growth mindset itu lebih penting daripada sistem pendidikan kita. Ini tidak bisa dilakukan melalui administrasi pendidikan, harus melakukan transformasi lokal mulai dari kurikulum, regulasi, dll. Merdeka belajar adalah seluruh solusi ini yang akan memerdekakan unit pendidikan untuk melakukan inovasi dan berubah mindset culture menjadi learning culture, bukan administrative cultue. Jadi yang terjadi sekarang adalah lebih ke administrasi pendidikan, bukan ke pembelajaran. Jadi merdeka belajar akan membantu guru terhindar terdistraksi dalam membuat administrasi dan lebih fokus kepada pembelajaran.

Education 4.0 : Building Human Resources For The Future

Bagaimana cara menyiapkan generasi emas era industri 4.0? Masa depan bangsa dilihat dari kualitas kaum penerusnya yaitu para generasi muda dan anak-anak kita. Saat ini mereka tidak butuh diajarkan menggunakan teknologi, bahkan level anak usia dini pun sudah lebih pandai menggunakan teknologi dibanding orang tuanya. Ini fakta yang bisa dilihat disekitar kita. Kenapa hal ini terjadi? Adalah karena perkembangan zaman, dimana salah satu indikatornya ditandai dengan lahirnya teknologi baru dan kita tidak mampu membendung kedatangannya.

Konektivitas global, mesin pintar, dan alat baru lainnya yang hadir di kehidupan kita saat ini hanyalah beberapa pendorong yang membentuk kembali cara kita berpikir tentang pekerjaan, apa yang dimaksud dengan pekerjaan, dan bagaimana kita belajar dan mengembangkan keterampilan untuk bekerja di masa depan, menjalani hidup sebagai pemimpin di muka bumi [1]. Konsep “kehidupan 100 tahun” menjadi norma, dan sebagian besar dihabiskan untuk belajar dan bekerja mengabdi kepada Tuhan, ini berarti belajar akan jauh lebih penting dan berbeda, untuk generasi berikutnya.

Jangan tanyakan apa yang teknologi lakukan untuk anak penerus kita, tapi apa yang anak bisa lakukan dengan teknologi, anak dapat memperdalam ilmu dan kegemaran mereka melalui teknologi sejak dini.

PAUD 4.0

Era revolusi industri 4.0 merupakan era disruptif yang dipengaruhi dengan kemajuan Teknologi informasi dan komunikasi telah mengubah anak didik kita apa yang telah berubah mulai dari pola pikir, pola ucap dan pola tingkah laku semua berubah [2]. Dulu waktu kita ditanya tentang pekerjaan mungkin kita menjawabnya pilot, dokter itu sudah bagus, namun untuk anak saat ini apabila ditanya cita-citanya boleh jadi jawabnya developer game, affiliate marketer, freelancer, remote worker dan lain sebagainya. Kok bisa?

Dengan adanya teknologi baru seperti machine learning, artificial intelligence, internet of thing, pekerjaan pilot akan hilang digantikan auto pilot yang dikendalikan komputer, supir bus juga hilang kita lihat sekarang ada bus tanpa sopir (otonom) di beberapa kota besar Indonesia. Lebih lagi sekarang Google sedang mengembangkan proyek quantum computing yang memungkinkan kita teleportasi melewati ruang dan waktu seperti yang ada di televisi. Apabila tidak disiapkan sekarang, mereka generasi penerus kita akan kesusahan mengejar ketertinggalannya.

Banyak pakar pendidikan memperdebatkan muatan pembelajaran di semua tingkatan, dan proses pembelajaran yang seperti apa yang perlu diubah selama bertahun-tahun ke depan. Revolusi industri 4.0 membuat generasinya mau tidak mau berkutat dengan teknologi, oleh karena itu kita perlu menyiapkan generasi penerus kita sejak dini untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan juga industri nantinya sehingga perlu diperkenalkan PAUD 4.0.

PAUD 4.0 adalah sebuah teknik pembelajaran yang terhubung dengan revolusi industri 4.0 dan berfokus pada transformasi masa depan pendidikan melalui teknologi canggih dan otomatisasi. Ini dapat ditempuh dengan merombak total pembelajaran sejak usia dini [3] [4]. PAUD 4.0 merupakan visi untuk masa depan pendidikan yang :

  • Menjawab kebutuhan revolusi industri 4.0, di mana manusia dan mesin menyelaraskan untuk memungkinkan kemungkinan baru
  • memanfaatkan potensi teknologi digital, data yang dipersonalisasi, konten sumber terbuka, dan kemanusiaan baru dari dunia yang digerakkan oleh teknologi dan terhubung secara global ini
  • menetapkan cetak biru untuk masa depan pembelajaran – pembelajaran sepanjang hayat – dari sekolah masa kanak-kanak, hingga pembelajaran berkelanjutan di tempat kerja, hingga pembelajaran untuk memainkan peran yang lebih baik di masyarakat.

Tantangan yang muncul kemudian adalah bagaimana pemerintah melalui kementrian pendidikan selaku stake holder menyiapkan generasi agar siap bersaing tersebut. Saat ini pemerintah telah mengubah kurikulum menjadi Kurikulum Merdeka dengan konsep merdeka belajar dan merdeka mengajar dengan harapan dapat memenuhi tantangan global di masa mendatang.

Konsep Merdeka Belajar

Pembelajaran sesuai tahap capaian peserta didik merupakan salah satu semangat dalam merdeka belajar, di mana pengajaran pada peserta didik disesuaikan dengan tingkat capaian dan kemampuan awal mereka. Pertama, guru melakukan asesmen terhadap level pembelajaran peserta didik. Peserta didik kemudian dikelompokkan berdasarkan tingkat capaian dan kemampuan yang serupa. Guru selanjutnya memberikan intervensi pengajaran dan beragam aktivitas pembelajaran sesuai dengan level pembelajaran tersebut, bukan hanya melihat dari usia dan kelasnya. Guru mengajarkan kemampuan dasar yang perlu dimiliki peserta didik dan menelusuri kemajuannya.

Tren Konsep Merdeka Belajar

Di antara banyak diskusi, inovasi, dan pergeseran umum dalam dunia pembelajaran – dari anak sekolah hingga eksekutif bisnis – ada 9 tren yang menonjol:

1. Waktu dan tempat yang beragam.

Anak akan memiliki lebih banyak kesempatan untuk belajar pada waktu yang berbeda di tempat yang berbeda. Alat e-Learning memfasilitasi peluang untuk pembelajaran jarak jauh dan mandiri. Ruang kelas akan dibolak-balik, artinya bagian teori dipelajari di luar kelas, sedangkan bagian praktik diajarkan tatap muka secara interaktif.

2. Pembelajaran yang dipersonalisasi.

Anak akan belajar dengan alat belajar yang menyesuaikan dengan kemampuan seorang siswa. Ini berarti anak di atas rata-rata akan ditantang dengan tugas dan pertanyaan yang lebih sulit ketika tingkat tertentu tercapai. Anak yang mengalami kesulitan dengan suatu mata pelajaran akan mendapat kesempatan untuk berlatih lebih banyak sampai mencapai tingkat yang dipersyaratkan. Anak akan diperkuat secara positif selama proses belajar individu mereka. Hal ini dapat menghasilkan pengalaman belajar yang positif dan akan mengurangi jumlah siswa yang kehilangan kepercayaan tentang kemampuan akademik mereka. Selanjutnya, guru akan dapat melihat dengan jelas siswa mana yang membutuhkan bantuan di bidang mana.

3. Kebebasan untuk memilih.

Meskipun setiap mata pelajaran yang diajarkan bertujuan untuk tujuan yang sama, jalan menuju tujuan tersebut dapat bervariasi per anak. Demikian pula dengan pengalaman belajar yang dipersonalisasi, anak akan dapat memodifikasi proses belajar mereka dengan alat yang mereka rasa perlu bagi mereka. Anak akan belajar dengan perangkat yang berbeda, program dan teknik yang berbeda berdasarkan preferensi mereka sendiri. Pembelajaran campuran, ruang kelas terbalik, dan BYOD (Bring Your Own Device) membentuk terminologi penting dalam perubahan ini.

4. Berbasis projek.

Karena karir beradaptasi dengan ekonomi lepas masa depan, anak usia dini hari ini akan beradaptasi dengan pembelajaran dan pekerjaan berbasis proyek. Ini berarti mereka harus belajar bagaimana menerapkan keterampilan mereka dalam jangka pendek untuk berbagai situasi. Anak seharusnya sudah mengenal pembelajaran berbasis proyek di sekolah menengah. Ini adalah saat keterampilan organisasi, kolaboratif, dan manajemen waktu dapat diajarkan sebagai dasar yang dapat digunakan setiap anak dalam karir akademis mereka selanjutnya.

5. Pengalaman lapangan.

Karena teknologi dapat memfasilitasi lebih banyak efisiensi dalam domain tertentu, kurikulum akan memberikan ruang bagi keterampilan yang semata-mata membutuhkan pengetahuan manusia dan interaksi tatap muka. Dengan demikian, pengalaman di ‘lapangan’ akan ditekankan dalam mata ajar. Sekolah PAUD akan memberikan lebih banyak kesempatan bagi anak usia dini untuk memperoleh keterampilan dunia nyata yang mewakili pekerjaan mereka.

6. Interpretasi data.

Meskipun matematika dianggap sebagai salah satu dari tiga literasi, tidak diragukan lagi bahwa bagian manual dari literasi ini akan menjadi tidak relevan dalam waktu dekat. Komputer akan segera menangani setiap analisis statistik, dan menggambarkan serta menganalisis data dan memprediksi tren masa depan. Oleh karena itu, interpretasi manusia terhadap data ini akan menjadi bagian yang jauh lebih penting dari kurikulum masa depan. Menerapkan pengetahuan teoretis ke angka, dan menggunakan penalaran manusia untuk menyimpulkan logika dan tren dari data ini akan menjadi aspek baru yang mendasar dari literasi ini.

7. Ujian akan berubah total.

Karena platform courseware akan menilai kemampuan siswa di setiap langkah, mengukur kompetensi mereka melalui Tanya Jawab mungkin menjadi tidak relevan, atau mungkin tidak cukup. Banyak yang berpendapat bahwa ujian sekarang dirancang sedemikian rupa, sehingga siswa menjejalkan materi mereka, dan melupakan hari berikutnya. Pasti kita tahu kemampuan akademis akan tidak berguna ketika anak melakukan tes memasuki pekerjaan pertama mereka. Karena pengetahuan faktual seorang anak dapat diukur selama proses belajar mereka, penerapan pengetahuan mereka paling baik diuji ketika mereka mengerjakan proyek di lapangan.

8. Kepemilikan siswa.

Anak akan menjadi lebih dan lebih terlibat dalam membentuk kurikulum mereka. Mempertahankan kurikulum yang kontemporer, up-to-date dan berguna hanya realistis ketika para profesional serta kaum milenial terlibat. Masukan kritis dari anak tentang isi dan daya tahan program mereka adalah suatu keharusan untuk program studi yang merangkul semua.

9. Mentoring akan menjadi lebih penting.

Dalam waktu dekat, anak akan memasukkan begitu banyak kemandirian ke dalam proses belajar mereka, sehingga pendampingan akan menjadi dasar keberhasilan siswa. Guru akan membentuk titik sentral di hutan informasi yang akan dilalui anak kita. Meskipun masa depan pendidikan tampak jauh, guru dan lembaga pendidikan sangat penting untuk kinerja akademik.

Referensi :

  • [1] Ramírez-Montoya, María Soledad, Isolda Margarita Castillo-Martínez, Jorge Sanabria-Z, and Jhonattan Miranda (2022) Complex Thinking in the Framework of Education 4.0 and Open Innovation—A Systematic Literature Review, Journal of Open Innovation: Technology, Market, and Complexity 8, no. 1: 4. https://doi.org/10.3390/joitmc8010004
  • [2] Grenčíková, Adriana, Marcel Kordoš, and Vladislav Berkovič (2020) The Impact of Industry 4.0 on Jobs Creation within the Small and Medium-Sized Enterprises and Family Businesses in Slovakia, Administrative Sciences 10, no. 3: 71. https://doi.org/10.3390/admsci10030071
  • [3] Nurul Aliah Mustafa, Norela Mohamed Shah, Nabilla Waheda Hashim, Mahsuri Md Desa (2022) An Overview Of Stem Education And Industry 4.0 For Early Childhood Education In Malaysia, Vol. 6 No. 4
  • [4] Christopher Alan Bonfield, Marie Salter, Alan Longmuir, Matthew Benson & Chie Adachi (2020) Transformation or evolution?: Education 4.0, teaching and learning in the digital age, Higher Education Pedagogies, 5:1, 223-246, DOI: 10.1080/23752696.2020.1816847