Cara Membelajarkan Anak Mengenai Budaya dan Waktu. Mengerti dan menerima perbedaan dan kesamaan dapat dilakukan pada masa usia dini. Upaya untuk mengenalkan perbedaan dan kesamaan serta penerimaan terhadap perbedaan tersebut dapat dilakukan dengan konsep pembelajaran ilmu sosial yang menarik dan bermakna. Lingkungan hendaknya mengembangkan kebudayaan, baik lingkungan rumah maupun lingkungan sekolah.
Cara Membelajarkan Anak Mengenai Budaya
Lingkungan sekolah yang menghargai keragaman dan kesatuan dibangun atas dasar rasa saling menghormati yang dalam terhadap semua individu dan kelompok (Copple, 2003; Garcia, 2003).
Untuk menciptakan ruang kelas yang mengandung rasa saling menghargai di antara individu dan kelompok, pendidik terlebih dahulu harus memahami tentang: (1) perilaku, nilai-nilai, dan gagasan guru sendiri mengenai orang lain; (2) perilaku, nilai nilai, dan gagasan anak mengenai orang lain; dan (3) bagaimana perilaku terhadap orang lain dipelajari.
Perilaku dan nilai nilai yang nyata dan membimbing merupakan dasar untuk menghargai keanekaragaman. Sebagai seorang pendidik, guru harus lebih dari sekedar memahami perilaku diri sendiri dan perilaku anak.
Guru juga harus familiar dengan konsep kunci untuk belajar menghargai keanekaragaman, seperti: (1) memahami keterkaitan dan saling ketergantungan; (2) pengetahuan tentang kesamaan yang menyatukan orang-orang dari beragam budaya, pengalaman, ras/etnis dan bangsa; dan (3) keterampilan untuk menyelesaikan konflik interpersonal yang kemudian menjadi dasar untuk bekerja sama dengan orang lain.
Cara Membelajarkan Anak Mengenai Waktu
Anak usia dini memiliki keterbatasan persepsi tentang urutan dan lamanya waktu serta keterbatasan kemampuan untuk mengatur urutan dan pengalaman sehari hari. Ide intuitif anak tentang waktu adalah subyektif. Subjektivitas ini penyebab utama kesalahan yang terjadi.
Pada anak usia 5 tahun mengetahui bahwa menunggu selama 10 menit akan lebih sulit daripada menunggu selama 5 menit, tetapi mereka juga menyimpulkan bahwa diperlukan waktu lebih sedikit untuk roda yang berbalik cepat dalam putaran selama 5 menit daripada yang dilakukannya untuk sebuah keran yang menitik dalam waktu yang sama (Vukelich dan Thornton, 1990).
Pemahaman yang terbentuk kadang kala bertentangan dengan konsep yang sebenarnya. Waktu yang berdasarkan intuisi berbeda dari waktu operasional. Waktu operasional menyangkut pemahaman hubungan urutan, durasi, dan berdasarkan operasi persamaan dalam logika, baik kualitatif maupun kuantitatif (Piaget, 1946).
Tidak sampai memasuki operasi formal anak, dekat dengan masa remaja awal, apakah mereka mampu menguasai waktu operasional. Mungkin karena urutan sementara hanya membutuhkan perbandingan kualitatif, seperti kecil lawan besar, anak anak usia 4 5 tahun dapat menunjukkan beberapa pemahaman kemampuan dalam mengurutkan peristiwa.
Usia 4 6 tahun dapat melakukan tindakan secara berurutan untuk mencapai tujuan; mereka tahu peristiwa yang terjadi dan mereka dapat mengurutkan kejadian sehari hari dengan mengorganisir siklus (Vukelich & Thornton, 1990).
Anak usia 4 tahun dapat akurat dalam menilai sesuatu yang bersifat sementara atas tingkat kesempatan; pada usia 5 tahun, anak-anak dapat menilai urutan terbelakang dari kegiatan sehari-hari dan urutan terdepan dari titik yang telah ditentukan dalam beberapa hari dan dapat mengevaluasi panjang interval dari kegiatan sehari-hari.
Sekitar usia 7, anak-anak juga dapat menilai urutan peristiwa mundur dari beberapa titik acuan.
Seiring waktu anak mencapai Taman Kanak kanak, mereka menggunakan istilah istilah waktu dan jam dalam bercerita. Meskipun mereka belum diinternalisasi konsep/lamanya jarak, seperti jam dan menit, mereka memahami bahwa istilah istilah ini memiliki makna.
Anak pertama memulai dengan kegiatan mengasosiasikan jadwal kelas reguler setiap hari, kemudian mereka mencocokkan jadwal ini dengan waktu yang ada di jam. Selanjutnya, konsep jam, setengah jam, dan seperempat jam dapat berkembang.