Banyak yang bertanya apakah benar diajarkan calistung di kurikulum merdeka PAUD? Mengingat satuan PAUD merupakan tempat mengoptimalkan tumbuh kembang anak secara maksimal, mengajari calistung pada jenjang ini maka sudah sepatutnya dilarang karena banyak penelitian membuktikan bahwa pengajaran calistung pada usia dini akan mempengaruhi tumbuh kembang anak.

Sebutan “Taman” pada Taman Kanak-kanak mengandung makna “tempat yang aman dan nyaman (safe and comfortable) untuk bermain” sehingga pelaksanaan pendidikan di TK harus mampu menciptakan lingkungan bermain yang aman dan nyaman sebagai wahana tumbuh kembang anak. Oleh karena itu, guru harus memperhatikan tahap tumbuh kembang anak didik, kesesuaian dan keamanan alat dan sarana bermain, serta metode yang digunakan dengan mempertimbangkan waktu, tempat, serta teman bermain.

larangan calistung di kurikulum merdeka paud tk dengan edaran pdf calistung materi dari manajemen dikdasmen,

PAUD Dilarang Calistung

Tidak ada larangan mengajarkan calistung di PAUD karena kurikulum memperkenalkan anak-anak pada latihan pra-membaca, pra-menghitung, dan pra-menulis. Namun, guru harus memberi perhatian besar pada cara mereka mendidik. Kebijakan PAUD lebih menekankan pada persiapan membaca (literasi) dan berhitung (numerasi) pada anak sejak usia dini tidak terbatas pada sekedar calistung saja. Pengembangan membaca dan berhitung sejak dini harus disesuaikan dengan kebutuhan dan minat anak, kemudian dihubungkan dengan konteks kehidupan sehari-hari dan dibuat bermakna—bukan melalui latihan atau sekadar mengisi lembar kerja (drilling lembar kerja siswa). Dari sini ayah bunda bisa mengajarkan literasi dan numerasi misalkan sebatas simbol huruf atau angka saja melalui bernyanyi dan selanjutnya diikuti dengan menuliskan simbolnya.

Regulasi Larangan Calistung PAUD dan Tes Masuk SD

Sekolah PAUD sudah selayaknya menguatkan pendidikan karakter yang akan membentuk akhlak pada anak usia dini, bukan calistung. Mungking ayah bunda pernah mendengar utamakan adab sebelum ilmu, itu artinya pendidikan karakter harus menjadi sesuatu yang ditekankan pada jenjang pendidikan anak usia dini.

Sejak tahun 2009, sebenarnya Dirjen Manajemen Dikdasmen Kemdikbud sudah mengeluarkan surat edaran bernomor 1839/C.C2/TU/2009 tentang Penyelenggaraan Pendidikan Taman Kanak-Kanak dan Penerimaan Siswa Baru Sekolah Dasar. Isinya adalah sekolah TK tidak boleh diajarkan calistung sebagai pembelajaran terpisah (mata pelajaran tersendiri). Selanjutnya penerimaan siswa baru Sekolah Dasar (SD) tidak diperkenankan untuk melakukan tes calistung sebagai seleksi masuk SD.

Dilema Calistung: Larangan dan Kenyataan

Pengenalan membaca, menulis dan berhitung (calistung) dilakukan melalui pendekatan yang sesuai dengan tahap perkembangan anak. Oleh karena itu pendidikan di TK tidak diperkenankan mengajarkan materi calistung secara langsung sebagai pembelajaran sendiri-sendiri (fragmented) kepada anak-anak. Konteks pembelajaran calistung di TK hendaknya dilakukan dalam kerangka pengembangan seluruh aspek tumbuh kembang anak, dilakukan melalui pendekatan bermain, dan disesuaikan dengan tugas perkembangan anak. Menciptakan lingkungan yang kaya dengan “keaksaraan“ akan lebih mamacu kesiapan anak untuk memulai kegiatan calistung;

Pada kenyataannya sering dijumpai di garda terdepan yaitu kita melihat banyak sekolah SD yang melakukan tes calistung sebagai syarat masuk SD. Di lain sisi khususnya di wilayah pedesaan banyak orang tua yang menganggap ketika sekolah PAUD bisa mendidik putra-putrinya belajar calistung maka itu dikatakan sekolah PAUD yang hebat. Dari sini, perlu suatu sinkronisasi antara lembaga PAUD dan sekolah SD agar kembali ke jalan yang benar, selain itu mungkin perlu suatu sosialisasi yang massive untuk orang tua bahwa calistung sebaiknya tidak diterima oleh anak-anak mereka pada jenjang pendidikan anak usia dini.

Literasi Anak Usia Dini

Literasi secara sederhana dipahami sebagai kemampuan membaca dan menulis. Literasi pada anak usia dini, sangat terkait dengan perkembangan kemampuan berbahasa anak sesuai usianya. Hal ini dapat dipahami sebagai kemampuan anak dalam memahami bahasa (reseptif) dan menyampaikan bahasa (ekspresif) serta keaksaraan awal yang saling terkait.

Di kelompok usia matang yaitu terkait kemampuan memahami bahasa pada anak usia 5-6 tahun antara lain adalah memahami beberapa perintah secara bersamaan, mengulang kalimat yang lebih kompleks, memahami aturan, dan menghargai bacaan. Di sisi lain, kemampuan menyampaikan bahasa pada anak usia 5-6 tahun antara lain adalah memberi respon dengan ekspresi dan bahasa tubuh, menjawab pertanyaan yang lebih kompleks, berkomunikasi secara lisan, berbicara dengan kalimat sederhana dalam struktur lengkap (subjek – predikat – objek), menyampaikan pikiran dan perasaan secara lisan, melanjutkan cerita yang sudah didengarnya, menunjukkan pemahaman terhadap konsep-konsep yang ada di dalam cerita, serta mengenal tanda, simbol, gambar sebagai persiapan membaca, menulis, dan berhitung.

Untuk meningkatkan kompetensi ayah bunda dalam memahami dan menerapkan calistung di kurikulum merdeka PAUD, silahkan lihat rekomendasi 7 buku panduan guru paud kurikulum merdeka:

Pada anak usia 5-6 tahun juga sudah berkembang kemampuan keaksaraan, antara lain mengenal simbol huruf, mengenal bunyi dari huruf awal benda-benda di sekitarnya, menyebutkan kelompok benda yang memiliki kesamaan bunyi awal atau huruf awal, memahami hubungan antara bunyi dengan bentuk huruf, membaca nama sendiri, dan memahami arti kata dari cerita.

Berdasarkan perkembangan bahasa dan keaksaraan anak usia 5-6 tahun, guru PAUD dapat merancang kegiatan stimulasi yang menyenangkan agar kemampuan bahasa dan keaksaraan anak lebih berkembang. Guru PAUD juga dapat memberikan banyak kesempatan dan dukungan kepada anak agar anak dapat memiliki pengalaman literasi yang bermakna. Pengalaman literasi dan numerasi atau calistung di kurikulum merdeka yang bermakna diperoleh anak saat berinteraksi dengan anak yang lain, guru, dan lingkungan sekitar dalam suasana yang menyenangkan. Pengalaman literasi yang kuat akan menjadi pondasi bagi kemampuan membaca dan menulis anak, munculnya kemampuan lain yang dibutuhkan untuk menyelesaikan masalah sehari-hari, dan kemampuan yang dibutuhkan pada jenjang pendidikan selanjutnya.